Mengenal Tangga Nada Kunci Diatonis Pentatonis
Keyword Utama
-
Tangga nada
-
Kunci diatonis
-
Kunci pentatonis
-
Teori musik dasar
-
Notasi musik
Keyword Turunan & LSI
1. Tangga Nada
-
Pengertian tangga nada
-
Fungsi tangga nada dalam musik
-
Tangga nada mayor dan minor
-
Latihan memainkan tangga nada
-
Hubungan tangga nada dengan melodi
2. Kunci Diatonis
-
Pengertian kunci diatonis
-
Jenis-jenis tangga nada diatonis
-
Contoh lagu menggunakan tangga nada diatonis
-
Latihan membaca dan memainkan diatonis
-
Analisis melodi berbasis tangga nada diatonis
3. Kunci Pentatonis
-
Pengertian kunci pentatonis
-
Jenis-jenis tangga nada pentatonis
-
Contoh lagu menggunakan pentatonis
-
Latihan membaca dan memainkan pentatonis
-
Penerapan pentatonis dalam musik tradisional dan modern
4. Teori Musik Dasar
-
Hubungan tangga nada, kunci, dan notasi
-
Interval dan akor sederhana
-
Penerapan tangga nada dalam improvisasi musik
-
Cara menulis tangga nada di not balok dan not angka
-
Latihan teori musik untuk pemula
5. Manfaat Memahami Tangga Nada
-
Mempermudah belajar alat musik
-
Membantu membaca notasi musik
-
Mengembangkan kreativitas bermusik
-
Meningkatkan kemampuan aransemen dan komposisi
-
Apresiasi musik secara lebih mendalam
Keyword Pendukung (SEO LSI)
-
Tangga nada Indonesia dan internasional
-
Latihan bermain tangga nada diatonis dan pentatonis
-
Teknik membaca not balok dan not angka
-
Penerapan teori musik dalam lagu
-
Musik tradisional dan modern berbasis tangga nada
Mengenal Tangga Nada, Kunci, Diatonis, Pentatonis
Tangga Nada

Not yang terletak pada garis kedua dinamai not G.

Not yang terletak pada garis keempat dinamai not F.

Not yang terletak pada garis ketiga dinamai not C.
Susunan nada menurut tingkat oktafnya.
Oktaf | Nama Mutlak Nada |
Oktaf 4 | C4 - D4 - E4 - F4 - G4 - A4 - B4 |
Oktaf 3 | C3 - D3 - E3 - F3 - G3 - A3 - B3 |
Oktaf 2 | C2 - D2 - E2 - F2 - G2 - A2 - B2 |
Oktaf 1 | Cl — D1 — E1 - F1 — G1 — Al — B1 |
Oktaf Kecil | C-D-E-F-G-A-B |
Oktaf Besar | C-D-E-F-G-A-B |
Oktaf Contra | C1 - D1 - E1 - F1 - G1 - A1 - B1 |
Oktaf Sub Contra | C2 - D2 - E2 - F2 - G2 - A2 - B2 |
a. | Tangga nada diatonis |
Istilah diatonis berasal dari kata dia yang berarti dua dan tonis yang berarti hal yang berhubungan dengan nada. Disebut demikian karena dalam sistem tangga nada diatonis terdapat tujuh nada yang bila dirinci terdapat lima nada berjarak sama dan dua nada berjarak setengahnya. Dengan demikian, tiap nada utuhnya masih dapat dibagi lagi menjadi dua semi tone (setengah nada).
Tangga nada diatonis terdiri atas tujuh nada yang berinterval satu dan setengah nada. Musik modern dari Eropa umumnya menggunakan tangga nada diatonis ini. Tangga nada diatonis terbagi menjadi dua, yaitu tangga nada mayor dan tangga nada minor.
|
|
|
|
Sekilas tidak jauh berbeda antara susunan tangga nada diatonis mayor dan minor. Seolah-olah hanya dibedakan oleh awal dan akhir nada pada susunan tangga nada tersebut. Tangga nada mayor diawali dengan nada c atau do, sedangkan tangga nada diatonis minor diawali dan diakhiri dengan a atau la. Namun, sebenarnya jika dimainkan pola tangga nada keduanya, akan terasa berbeda. Susunan tangga nada mayor akan menimbulkan kesan riang, bahagia, dan bersemangat. Sementara susunan tangga nada minor akan menimbulkan kesan sedih dan suasana haru.
|
|
Sementara susunan tangga nada minor harmonis adalah sebagai berikut:
|
|
Agar lebih mudah dipahami, coba bandingkan susunan tangga nada diatonik di atas dengan susunan nada dalam piano, organ, atau pianika.
Susunan nada dalam piano, organ, atau pianika jelas menggambarkan susunan tangga nada diatonis yang menggunakan susunan interval 1 - 1 - V2 - 1 - 1 - 1 - V2. Akan tetapi, jika seorang komponis menggubah lagu baik untuk suara manusia (vokal) maupun untuk instrumental, dan angkauan nada dalam komposisi lagu tersebut mungkin terlalu rendah atau terlalu tinggi, maka lagu tersebut dapat disajikan dengan mengubah nada dasar. Marilah kita mempelajari cara mengubah nada dasar dalam tangga nada mayor dan minor.
Nada dasar dalam tangga nada diatonis mayor yang natural adalah C. Nada dasar natural ini lazim disebut dengan do = C. Perhatikan susunan tangga nada berikut.
Nada pertama dari tangga nada di atas adalah nada do (1). Nada atau not tersebut kita sebut sebagai nada dasar.
Ada dua cara mengubah nada dasar, yaitu dengan menaikkan V2 nada pada nada yang berinterval V2 pada tangga nada natural. Sering juga disebut dengan memberikan 1 (satu) tanda kres (#) dan dengan menurunkan nada dengan memakai tanda mol (b).
|
|
Tanda mula dengan kresTanda mula berkaitan dengan nada dasar. Cara menentukannya adalah berdasarkan urutan tangga nada natural. Urutan tangga nada natural dianggap sebagai bernada dasar 1 = C (do sama dengan C) tidak ada kresnya. Untuk nada dasar selanjutnya, dipakai patokan nada kelima dari urutan nada tersebut. Maka, nada dasar berikutnya adalah 1 = G dengan satu kres, dan seterusnya. Perhatikan tabel berikut. |
|
Tanda Mula dengan Mol
Hampir sama dengan tanda mula dengan kres, cara menentukan urutan tangga nada dengan mol juga dengan berdasarkan urutan tangga nada naturai. Urutan tangga nada natural dianggap sebagai bernada dasar 1 = C (do sama dengan C) tidak ada molnya. Untuk nada dasar selanjutnya, dipakai patokan nada keempat dari urutan nada tersebut. Maka, nada dasar berikutnya adalah 1 = F dengan satu mol, dan setrusnya. Perhatikan tabel berikut!
|
b. | Tangga Nada Pentatonis |
Berbeda dengan tangga nada diatonik yang lebih banyak digunakan untuk musik modern dari Eropa, termasuk instrumen-instrumen musiknya, tangga nada pentatonis atau sering disebut sebagai tangga nada nondiatonik lebih banyak digunakan pada musik tradisional atau musik etnik. Petatonis berasal dari kata penta yang berarti lima dan tonis yang berarti hal yang berhubungan dengan nada. Disebut demikian karena jumlah nada dalam satu oktaf sistem ini terdiri dari lima nada, walaupun dalam gamelan pelog terdapat tujuh nada. Dalam gamelan, susunan nada dengan interval tertentu dalam satu oktafnya disebut sebagai laras.
Di Indonesia, tangga nada pentatonik dijumpai dalam musik gamelan, baik Gamelan Jawa, Gamenlan Bali, maupun Gamelan Sunda. Gamelan memiliki dua sistem laras, yaitu Laras Slendro dan Laras Pelog.
|