Seni Rupa Modern vs Seni Rupa Kontemporer Berikut Penerapan dan Manfaat Seni Rupa Modern

Seni Rupa Modern atau Kontemporer Yang Beragam

Perkembangan masa seni rupa di mancanegara berawal dari masa prasejarah yang berlangsung pada ratusan hingga ribuan tahun yang lampau. Dari bentuk seni yang sederhana, selanjutnya terus disempurnakan oleh beberapa generasi menjadi seni tradisi yang bersifat turun temurun dan merakyat. Pada masa berikutnya terjadi kontak dan komunikasi antarbangsa yang memungkinkan adanya pengaruh yang berjalan melalui akulturasi seni, termasuk karya seni rupa.

Seni Rupa Modern: Pengertian, Sejarah, Ciri, Aliran, dan Perkembangannya di Indonesia

Teknik, Media, dan Eksperimen

Salah satu karakter utama seni modern adalah keberanian bereksperimen. Teknik-teknik yang banyak dipakai antara lain:

  • Cat minyak, cat akrilik, cat air dengan aplikasi tekstural.
  • Kolase dan photomontage untuk menggabungkan potongan gambar dan teks.
  • Assemblage (menggabungkan benda-benda tiga dimensi non-tradisional).
  • Ready-made (Marcel Duchamp) — benda sehari-hari yang dijadikan karya seni.
  • Teknik aksi (action painting) — seperti patung gerak dan drip painting.

Seni Rupa Modern vs Seni Rupa Kontemporer

Meskipun sering dipakai bergantian, Seni Rupa Modern dan seni kontemporer memiliki perbedaan waktu dan konteks. Seni modern mengacu pada periode sejarah (akhir 1800-an sampai pertengahan 1900-an) yang melahirkan bahasa formal baru. Seni kontemporer merujuk pada seni yang dibuat sejak sekitar 1960-an hingga sekarang, yang lebih menonjolkan isu-isu sosial, teknologi, dan globalisasi.

Seni Rupa Modern di Indonesia

Di Indonesia, pengaruh Seni Rupa Modern mulai terasa sejak era kolonial ketika sekolah seni dan institusi modern mulai berdiri. Bahasa visual modern masuk melalui pendidikan seni, pameran internasional, dan kontak antarbudaya. Beberapa fase penting:

Masa Awal dan Pendidikan Seni

Pendirian lembaga-lembaga seni rupa pada awal abad ke-20 membuka jalur pembelajaran teknik dan teori modern. Seniman Indonesia belajar di Eropa dan kembali dengan cara pandang baru.

Periode Pasca-Kemerdekaan

Pasca-1945, seniman Indonesia memanfaatkan kebebasan berekspresi untuk merumuskan identitas nasional — kombinasi elemen tradisional dan modern. Tokoh seperti Affandi, S. Sudjojono, Basoeki Abdullah (dengan pendekatan berbeda) memainkan peran penting.

Eksperimen dan Globalisasi

Sejak 1970-an hingga kini, seniman Indonesia semakin mengeksplorasi media baru, instalasi, dan praktik seni konseptual. Keikutsertaan dalam biennale internasional membantu memosisikan karya-karya Indonesia pada peta seni global.

Penerapan dan Manfaat Seni Rupa Modern

Seni modern memengaruhi sektor lain seperti desain, arsitektur, periklanan, dan pendidikan seni. Manfaat praktisnya meliputi:

  • Mendorong inovasi visual dalam desain produk dan grafis.
  • Menguatkan identitas visual merek melalui estetika modern minimalis.
  • Mengedukasi publik tentang fungsi kritis seni dalam masyarakat.
  • Meningkatkan apresiasi terhadap eksperimen material dan teknik.

Apa perbedaan utama antara seni rupa modern dan klasik?

Seni klasik menekankan keterampilan representasional, proporsi, dan narasi historis; seni modern menekankan kebaruan, eksperimen bentuk, dan ekspresi subjektif.

Apakah semua karya abstrak termasuk seni modern?

Tidak selalu. Abstraksi populer dalam seni modern, tetapi abstrak juga dibuat di era kontemporer dengan konteks berbeda. Yang membedakan adalah waktu, tujuan, dan konteks produksi.

Bagaimana cara belajar membuat karya seni rupa modern?

Mulailah dari memahami dasar teori seni—warna, komposisi, proporsi—lalu bereksperimen dengan teknik: kolase, cat, assemblage, atau media digital. Pelajari karya seniman besar, kunjungi pameran, dan praktikkan secara konsisten.

Apakah seni rupa modern relevan di era digital?

Sangat relevan. Era digital memperkaya kemungkinan media: seni digital, NFT, video art, dan instalasi interaktif memperluas definisi seni modern-kontemporer.

Studi Kasus: Seniman Indonesia yang Menerapkan Bahasa Modern

Untuk memahami bagaimana Seni Rupa Modern diadaptasi di Indonesia, lihat contoh-contoh berikut:

Affandi — Ekspresionisme Lokal

Affandi memodifikasi teknik ekspresionis untuk menangkap emosi dan realitas lokal dengan goresan kuas yang khas dan komposisi warna yang intens.

S. Sudjojono — Seni sebagai Bahasa Kritik

S. Sudjojono mengadvokasi seni sebagai alat kritik sosial dan pembentuk jiwa kebangsaan, menolak sekadar reproduksi realitas tanpa makna.

Seniman Kontemporer: Eksperimen Media

Generasi setelahnya menggabungkan unsur tradisi (batik, motif lokal) dengan praktik modern: instalasi, video, dan seni partisipatif.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Seni Rupa Modern adalah babak penting dalam sejarah seni yang membuka ruang berekspresi baru, menantang norma, dan menginspirasi inovasi berkelanjutan. Baik untuk praktisi, pendidik, maupun penikmat seni, memahami prinsip-prinsip seni modern membantu menghargai perubahan estetika dan konteks sosial di balik karya seni.

Rekomendasi singkat:

  • Kunjungi pameran seni modern dan kontemporer untuk melihat karya secara langsung.
  • Pelajari teknik dasar, lalu eksperimen dengan material yang tidak biasa.
  • Gabungkan referensi lokal untuk menciptakan karya yang relevan budaya.
Seni Rupa Kontemporer

Istilah kontemporer berasal dari bahasa Inggris contemporary. Dalam seni rupa, istilah kontemporer dipakai untuk menamai kencenderungan yang berkembang pada masa mutakhir atau sezaman. Artinya seni rupa kontemporer memperlihatkan kecenderungan (trend) yang umum terjadi pada waktu yang bersamaan dan masih merupakan bagian perkembangan seni rupa modern yang rentang waktunya panjang. Pada sisi lain, ada pula yang berpendapat bahwa seni rupa kontemporer justru menentang dan menyimpang dari kebiasaan seni rupa modern.

Ada istilah dalam dunia seni rupa yang disebut avant-garde yang arti harafiahnya garda-depan. Istilah ini diberikan kepada kelompok perupa yang cenderung serta bersifat eksperimental. Pembaharuan juga dilakukan pada berbagai aspek, seperti konsep, media, teknik, tema, makna, tempat, dan waktu.

Seni Lingkungan

Seni Lingkungan

Pertumbuhan seni rupa kontemporer pada pertengahan tahun 1960-an hingga 1970-an, ada kecenderungan pada perupa untuk memanfaatkan lingkungan alam sebagai bagian atau bahkan inti dari karya seni yang digagasnya. Mereka mengusung dua tujuan utama, yaitu penolakan atas komersialisasi seni dan mendukung gerakan cinta lingkungan. Nama yang diberikan pada konsep seni yang melibatkan alam ini adalah. Seni lingkungan atau Earth Art. Perkembangan terjadi terutama di eropa dan Amerika Serikat.  Perupa Garda depan (avant garde), Christo memanfaatkan ratusan meter kain untuk membungkus gedung di Jerman dan memagari sebuah gunung. Robert Smitshon memanfaatkan bebatuan dan kristal garam untuk karyanya, sepanjang kurang lebih 500 meter dengan lebar 3 meter berbentuk tanggal spiral di Great Salt Lake, Amerika Serikat.
Demikian juga dengan Jeff Koons yang membuat patung berbentuk seekor anjing dari sejenis pohon yang berbunga di Jerman. Perupa lainnya juga bekarya dengan konsep seni ini adalah Michael Heizer, Naney Holt, dan Dennis Oppenheim.

Perupa Indonesia Teguh Ostenrik pernah membuat sebuah piramid dari sampah plastik yang dipadatkan sebagai keprihatinannya pada masalah sampah di negara Indonesia. Hal yang dilakukan Dadang Christanto dengan karyanya berjudul "1001 Manusia Tanah" dengan isi menggugat persoalan tanah. Seribu patung fiberglas (serat kaca) diletakkan di pinggir Pantai Marian, Ancol dan dirinya sebagai satu patung bergerak.

Seni Rupa Pertunjukan

Seni Rupa Pertunjukan

Sumber Gambar Vivanews
Seni rupa pertunjukkan atau Performance Art mulai berkembang pada akhir tahun 1960-an dan bersifat mendunia. Istilah kecenderungan dalam seini ini berkaitan dengan Body Art, Happenings, Actions, Fluxus, dan Feminist Art. Konsep utama para perupanya adalah bahwa diperlukan media ekspresi baru yang dapat memadukan aspek gerak dan bunyi dengan aspek rupa. Elemen-elemen musik, tari, teater, dan video pun turut membentuk cabang seni yang unik dan menganggap peristiwa senilah yang paling utama. Pada pertunjukkannya, aspek improvisasi yang teatrikal aman menguat sehingga terkadang agak sulit dimengerti penonton. Bahkan, ada kalanya penonton pun dilibatkan sebagai bagian dari karya yang dilangsungkan.

Perupa Vito Acconci, Laurie Anderson, Chris Burden, Allan Kaprow, Meredith Monk, dan Robert Wilson adalah beberapa diantara nama yang aktif berekspresi dengan seni rupa pertunjukan.
Di Indonesia, gejala yang sama muncul pula di kalangan perupa muda yang tinggal di kota-kota besar. Ada yang mengangat isu lingkungan yang makin rusak, seperti dilakukan Tisna Sanjaya, Yoyo Yogasmana yang banyak mengeksplorasi tubuhnya. Nindityo Adipurnomo yang sering mengangkat lambang tradisi Jawa, Nyoman Erawan yang berangkat dari akar tradisi Bali, Arah Maiani dengan tanggapannya atas globalisasi, dan perupa Iwan Wijono.

Seni Instalasi
Seni Instalasi

Sumber Gambar Satu Lingkar
Seni instalasi (Installation) berkembang sejak tahun 1970-an, terutam di Amerika Serikat dan Eropa. Para penggiatnya di antaranya adalah Joseph Beuys (Jerman), Daniel Buren (Prancis), Hans Haacke, Robert Irwin, dan Judy Pfaff.
Makna seni instalasi erat terkait dengan lokasi tempat karya ini dipasang sekaligus dipamerkan, baik di geleri biasa maupun di tempat tertentu berdasarkan konsep sang perupa. Karya yang dipamerkan umumnya tidak dijual. Hal ini karena objeknya dapat berupa apa saja, seperti yang dibuat Judy Pfaff dengan memanfaatkan ribuan kertas yang disusun sedemikian rupa di dalam sebuah ruangan sehingga mirip langkungan dibawah air atau dunia khayal.
Senin instalasi juga tumbuh di Indonesia dan mula-mula muncul pada saat Gerakan Seni Rupa Baru yang muncul pada 1975. Saat itu, ada keinginan dari para perupa muda, seperti F.X. Harsono, Hardi, B. Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dan Jim Supangkat untuk menampilkan karya yang tidak lagi tersekat seperti seni lukis, patung, atau desain. Pada masa kini, seni instalasi digiatkan oleh banyak perupa seperti Heri Dono, Tisna Sanjaya, Dadang Chritanto, Krishna Murti, Andur Manik dan Teguh Ostenrik. Tisna Sanjaya melalui seni instalasinya yang berjudul Pohon Tidak Tumbuh Tergesa menanam seribu pohon mahoni di Bandung dan Solo sebagai bentuk daya kritisnya selaku perupa atas kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada kelestarian lingkungan.

Seni Video
Seni Video

Sumber Gambar Antara Foto
Istilah seni video merupakan terjemahan dari video art yang mulai berkembang pada pertengahan 1960-an. Seni Video adalah karya rekaman video yang dibuat oleh seorang perupa. Pelopornya adalah perupa kelahiran Korea yang bernama Nam June Paik yang mempertunjukkan hasil rekamannya di sebuah kafe di New York. Pengaruhnya bersifat internasional, termasuk ke Indonesia.

Para perupa penting seni video ini diantaranya adalah Ant Farm, Frank Gillette, Paul Kos, dan Bruce Nauman. Di Indonesia, perupa Krishna Murti adalah seorang tokoh penting seni baru ini. Pada praktiknya, karya rekaman seni video ini kadang menjadi elemen seni instalasi atau seni rupa pertunjukan. 
Kecenderungan para perupa untuk memanfaatkan teknologi sebagai media berekspresi melahirkan beragam bentuk seni rupa alternatif yang inovatif atau baru sama sekali. Di Barat, kecenderungan tersebut dikenal dengan nama seni media baru (New Media Art). Sebuah karya atau peristiwa seni yang berlangsung di salah satu belahan dunia dapat dikunjungi secara langsung (on-line) melalui internet. Sebagai contoh, Maki Ueda, seorang perupa kontemporer dari Jepang membuat sebuah proyek seni Hole in the Earth hasil kerja sama dengan mitranya di Belanda.

Ueda menempatkan sebuah monitor dan kamera di Pesantren Daarut Tauhid pimpinan Aa Gym di Bandung para pengunjung dapat berkomunikasi secara langsung dengan siapapun yang kebetulan melakukan hal yang sama di Rotterdam, Belanda. Dengan begitu, kontak antarmanusia kini tidak lagi terbatasi ruang dan dan waktu.

Seni Kriya Kontemporer
Seni Kriya Kontemporer

Sumber Foto Traveller
Istilah kontemporer tidak saja berlaku dalam seni murni, tetapi juga dalam seni kriya. Istilah ini diterapkan pada kecenderungan mutakhir yang menggejala di dalam seni kriya di mana unsur kreativitas kriyawan dan kualitas estetik karya lebih diutamakan. Dalam hal ini, unsur keterampilan kekriyaan (craftsmanship) penggiatnya amat tinggi. Tegasnya, oerientasi atau tujuan seni lebih penting daripada fungsi pakai atau hiasnya meski sering kali karyanya diklasifikasikan sebagai karya seni rupa kontemporer.
Media yang digunakan dalam seni kriya amat beragam, mulai dari keramik, seperti yang dilakukan oleh Hilda Sumantri, Hendrawan Riyanto, Suyatna, Noor Sudiyati, dan Nurzulis Koto. Pada Media tekstil, Nia dan Agus Ismoyo bereksprimen dengan media dan teknik yang berbeda sehingga muncul bahasa ungkap yang baru. Lalu, perupa Anusapati secara khusus banyak mengolah media kayu. Pada seni Serat (Tapestry) perupa Yusuf Affendi, Biranul Anas, dan Lengganu banyak menampilkan nilai ekspresi pribadi yang unik dan berkarakter.

Donwload Artikel.
This website uses cookies to ensure you get the best experience on our website. Learn more.