Berekspresi Melalui Karya Seni Rupa
Berekspresi Melalui Karya Seni Rupa
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan karya tekstil, salah satunya adalah karya seni tradisional tenun ikat dan songket. Semenjak zaman batu prasejarah nenek moyang kita sudah mengenal teknik dalam berkarya seni terutama teknik grafisnya. Melihat hasil karya dari nenek moyang kita yang sudah dari dulu berkreatif, bagaimana dengan kita yang sekarang ini sudah memiliki perangkat yang lebih lengkap dan canggih. Tentu anda punya kesempatan yang banyak untuk berkarya lebih kreatif.
Dengan adanya hasil karya Anda, maka dapat mengemasnya dengan sedemikian rupa sehingga bisa dipamerkan dalam kegiatan pameran sekolah ataupun pameran yang diselenggarakan oleh para pencinta seni. Untuk itu Anda bisa belajar tentang tenun dan grafis sekaligus cara membuatnya, serta tata cara melakukan kegiatan pameran di kelas atau sekolah.
Dengan adanya hasil karya Anda, maka dapat mengemasnya dengan sedemikian rupa sehingga bisa dipamerkan dalam kegiatan pameran sekolah ataupun pameran yang diselenggarakan oleh para pencinta seni. Untuk itu Anda bisa belajar tentang tenun dan grafis sekaligus cara membuatnya, serta tata cara melakukan kegiatan pameran di kelas atau sekolah.
Kain Tenun Nusantara
Semenjak zaman kebudayaan Dongson prasejarah karya tenun sudah terbentuk. Dengan proses waktu yang panjang karya tenun berikut dengan segala macam teknik serta corak hiasannya sudah mengalami perkembangan sehingga terciptalah sebuah karya tekstil yang bernilai seni yang tinggi sehingga dapat menjadi sumber ekonomi bagi para pembuatnya.
Jenis-jenis kain tenun
Dalam hal kain tenu terdapat dua jenis, yaitu tenun ikat dan tenun songket. Yang membedakannya adalah bahan yang digunakan dan teknik pembuatannya.
- Tenun ikat. Adalah kain tenun yang proses pembentukan ragam hiasnya dibuat dengan cara mengikat bagian-bagian benangnya. Sejarah pembuatan tenun Nusantara diawali dengan adanya tenun ikat lungsi yang sudah ada sejak zaman prasejarah. Tenun ikat lungsi adalah tenun yang teknik pembentukan ragam hiasnya dibuat dengan cara mengikat benang lungsinya, yaitu benang yang vertikal. Persebaran tenun ikat lungsi, antara lain di Toraja, Sulawesi Selatan, Minahasa (Sulawesi Utara), Batak (Sumatra Utara), Sumba (NTT), Flores, dan di pedalaman Kalimantan. Pada perkembangan selanjutnya, dikenal pula pembuatan tenun dengan teknik ikat pakan (jalur horizontal). Bahan-bahan yang digunakan dalam tenun ikat adalah benang kapas, dapat juga menggunakan benang sutra alam, seperti pada tenun ikat Nusapenida (Bali) dan Padang. Tenun ikat ini oleh sebagian masyarakat lebih dikenal dengan sebutan kain ulos.
- Tenun songket. Tenun songket atau populer dengan sebutan kain songket adalah jenis kain tenun yang penciptaannya dimulai setelah adanya tenun ikat. Teknik pembuatan tenun songket sebenarnya sudah ada sejak zaman prasejarah dengan adanya teknik pakan tambahan dan lungsi tambahan. Namun kain songket yang menggunakan benang emas, benang perak, atau benang sutra mulai diterapkan semenjak adanya hubungan perdagangan kerajaan di Sumatera dengan orang-orang asing terutama dari Cina. Benang sutra yang didapatkan dari luar diterapkan dalam kain tenun yang kemudian dikenal dengan sebutan kain songket. Kain songket adalah kain tenun yang dibuat melalui suatu teknik memberikan benang tambahan berupa benang emas, benang perak, atau benang sutra dengan cara dicukit atau disongket. Pembentukan corak pada tenunan sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan, yang membentuk desain itu sendiri. Ada desain benang sutra yang ditempatkan di atas dasar benang kapas. Ada desain yang terbentuk dari jenis benang yang sama, misalnya dari sesama benang kapas atau sesama benang sutra, atau dari jenis benang lainnya. Daerah-daerah tertentu di Indonesia yang menjadi awal pembuatan songket, antara lain Palembang (Sumsel), Donggala (Sulteng), Bugis (Sulsel), dan Bali.