Analisis Tema, Analisis Gaya, Analisis Teknik, Analisis Bentuk, Karya Seni Rupa Murni

Mengapresiasi Karya Seni Rupa di Daerah Setempat

1. Analisis Tema dalam Karya Seni Rupa Murni

Kita telah membahas tentang apa dan bagaimana munculnya tema serta gaya dalam karya seni rupa. Karya seni adalah bentuk ekspresi jiwa seniman. Oleh karena itu, apa dan bagaimana tema dan gaya suatu karya seni tergantung bagaimana tema dan gaya yang dipilih seniman yang membuatnya. Jadi, membaca tema dan gaya suatu karya sebenarnya sama dengan mempelajari latar belakang gagasan seorang seniman.
Di dalam penciptaan suatu karya seorang seniman sangat dipengaruhi lingkungannya. Yang termasuk lingkungan dalam hal ini, antara lain waktu, kejadian-kejadian, kebudayaan setempat, dan pendapat-pendapat.

Tentu masih ada faktor lain, tetapi empat faktor tersebut di atas merupakan faktor dominan yang membentuk sebuah gagasan pada diri seorang seniman.

Misalnya, pada tahun 1948-1949 di Indonesia tengah mengalami agresi Belanda sehingga masih terjadi banyak peperangan antara rakyat Indonesia dengan Belanda. Kejadian-kejadian tersebut juga disaksikan dan dialami oleh seorang yang bernama M. Toha. Kejadian-kejadian itu pula yang mendorong dia merekam kejadian-kejadian dalam goresan gambar dengan alat dan bahan seadanya. Maka terciptalah lukisan-lukisan dengan tema suasana peperangan, yang foto-fotonya telah dibukukan oleh Dullah dengan judul Karya dalam Peperangan dan Revolusi. Buku tersebut memuat 84 foto lukisan peperangan karya M. Toha.Jadi M. Toha dalam menentukan tema lukisannya terpengaruh oleh waktu dan kejadian yang ada di sekitarnya.
Lukisan Karya Antonio Blanco yang bertema penari Bali
Perhatikan lukisan di samping! Lukisan tersebut adalah karya Antonio Blanco dengan tema penari Bali. Mengapa Antonio Blanco gemar melukis dengan tema-tema kebudayaan Bali? Bahkan, hampir semua lukisan Antonio Blanco memiliki tema kehidupan masyarakat Bali. Kalau kita lihat lebih jauh, ternyata Antonio Blanco adalah orang Spanyol yang telah berkeluarga dengan wanita Bali serta menetap di pulau tersebut. Ketertarikan dan kecintaannya kepada Bali memengaruhi gagasan-gagasannya dalam berkarya.

Lukisan-lukisan Basoeki Abdullah banyak bertemakan kehidupan kaum atas karena beliau lahir dari lingkungan bangsawan dan lebih banyak bergaul dengan kelompok bangsawan. Bahkan, beliau belajar melukis ke luar negeri, suatu hal yang tidak bisa dilakukan masyarakat biasa pada waktu itu.

Demikian pula, tema-tema lukisan S. Sudjojono, Affandi, Agus Jayasuminta, Otto Jayasuminta lebih banyak diambil dari kehidupan masyarakat kelas bawah. Hal itu dikarenakan mereka adalah seniman yang banyak bergaul dengan masyarakat biasa. Pada zaman perjuangan kemerdekaan lukisan-lukisan S. Sudjojono banyak bertemakan kehidupan rakyat yang sedang memperjuangkan kemerdekaan.
Lain lagi dengan Dede Eri Supria yang hidup di alam Indonesia setelah merdeka, maka tema-tema karya lukisnya banyak mengambil tema kehidupan masyarakat setelah kemerdekaan, seperti kehidupan tukang asongan, pengemis, dan pekerja bangunan.

Jadi, ketika kita mengamati tema suatu karya seni rupa, maka kita harus memerhatikan waktu penciptaan serta latar belakang yang melingkupi senimannya. Dengan demikian pemahaman kita terhadap suatu karya seni rupa akan lengkap.

2. Analisis Gaya dalam Karya Seni Rupa Murni

Gaya-gaya karya seni rupa Nusantara, terutama seni lukisnya, sebenarnya tidak serumit dan selengkap di Eropa. Hal ini dikarenakan sejarah seni lukis di Indonesia tidak sepanjang di Eropa.

Gaya seni rupa di Indonesia dimulai dari gaya naturalis romantisme yang terdapat dalam lukisan-lukisan Raden Saleh. Gaya ini diteruskan oleh pelukis-pelukis zaman Indonesia jelita, seperti Abdullah Suryo Subroto, Basoeki Abdullah, Henk Ngantung, dan lain-lain. Basoeki Abdullah juga kadang menampilkan gaya naturalis realisme, yaitu karya dengan gaya naturalisme, tetapi dengan sapuan lebih kasar dengan mengambil tema kejadian dalam masyarakat. Gaya naturalisme ini dipengaruhi oleh falsafah arts imitatur naturan (seni adalah imitasi alam) yang dicanangkan Aristoteles.

Gaya yang muncul kemudian adalah gaya realisme yang dimotori oleh S. Sudjojono, Affandi, dan Agus Jayasuminta. Gaya ini kemudian diramaikan oleh seniman-seniman, seperti Achmad Sadali, O.H. Supono, A.D. Pirous, Srihadi Sudarsono, dan Widayat.

Lukisan Potret diri Affandi Yang Dikerjakan dengan gaya Ekspresif pelototan
Pelukis-pelukis tersebut terus bergerak mencari dan mencoba pembaruan sehingga dalam geraknya tersebut mereka berganti-ganti gaya. O.H. Supono selain melukis dengan gaya realisme pernah melukis dengan gaya surealisme, sampai akhirnya menekuni gaya impresionistik. Achmad Sadali sebelum dengan gayanya yang abstrak pernah melukis dengan gaya realisme romantisme dan kubisme. Affandi sebelum menemukan gaya ekspresif pelototannya pernah melukis dengan gaya realisme. Widayat sebelum menjadi pelukis dengan gaya dekoratif kepurbaan juga pernah menjadi pelukis dengan gaya realisme. S. Sudjojono yang kini menjadi pelukis ekspresif yang garang dan kusam, dulunya adalah pelukis realisme yang cenderung fotografis dengan media pastel.
Jadi seorang seniman kadang berganti-ganti gaya di dalam menciptakan karyanya. Hal ini dilakukan karena seorang seniman selalu melakukan pencarian-pencarian bentuk yang paling tepat bagi isi jiwanya.

Gaya, sebagai bentuk pencarian, merupakan ekspresi ketidakpuasan seniman terhadap gaya yang telah ada sebelumnya. Oleh karena itu, gaya selalu muncul dengan yang lebih baru.

Namun, dari segala gaya yang ada dan kita kenal, Howard Simon dalam bukunya Techniques of Drawing yang disadur oleh Dean Praty R. mengelompokkan menjadi bentuk abstraksi, nonobjektivisme, kubisme, surealisme, dan ekspresionisme.

a. Abstraksi

Lukisan abstrak karya Jelihan yang berjudul Bandung
Lukisan abstrak adalah lukisan atau gambar yang menganut nilai-nilai di mana bentuk diciptakan secara alamiah, tetapi dibentuk dan ditata kembali dengan sedemikian rupa sehingga keharmonisan dan ritmenya muncul. Objek-objek dan bentuk-bentuk dipecah-pecah dalam seni ini dan membentuk komponen garis masing-masing, yang kemudian dipisah-pisah dan diletakkan dalam komposisi sesuai selera sang seniman. 

b. Kubisme

Kubisme tidak hanya merupakan usaha abstraksi yang meratakan dan menggeometriskan serta mengelompokkan kembali terhadap objek-objek alam. Terkadang, bahkan sering, berusaha keras untuk memperlihatkan bidang belakang secara simultan dengan bidang depan, sampai-sampai menggunakan transparansi.

Sheldon Cheney menggambarkan ide fundamental kubisme sebagai berikut, "Kubisme memungkinkan kita untuk memisahkan bidang-bidang dari suatu objek, serta menatanya kembali dalam sebuah gambar sehingga terorganisasi dan memberikan kesan emosional dan struktural yang lebih mumi daripada penampilan semula."

c. Ekspresionisme

Lukisan Sudjana Kerton dengan warna-warna yang ekspresif
Ekspresionisme mencari intensif bentuk dan struktur. Aliran ini memanfaatkan distorsi keras untuk mengekspresikan perasaan emosi sang seniman secara kreatif. Para penganut ekspresionis ini memanfaatkan alam sebagai subyeknya. Dan ekspresionisme sendiri lebih banyak menggambarkan tanggapan emosional seniman terhadap objek gambarnya.

Gambar Popo Iskandar di samping terlihat bagaimana seniman mencurahkan ekspresinya terhadap objek dengan goresan-goresan warna dan garisnya secara emosional. Distorsi keras terhadap bentuk kucing yang sebenarnya dalam media garis dan warna yang tegas dan spontan menunjukkan seniman memiliki dorongan kuat terhadap objek.

d. Nonobjektivisme

Gaya nonobjektivisme adalah gaya di mana materi komposisi didasarkan pada bentuk-bentuk geometris dan nongeometris yang sering disebut dengan istilah bentuk bebas. Bentuk ini tidak seperti bentuk-bentuk alami ataupun objek-objek yang mudah dikenali dengan garis hidup kreasinya sendiri. Selain itu, bentuk ini memisahkan diri dari objek yang biasa kita lihat sehari-hari. Warna, nilai gelap-terang (cahaya dan bayangan), serta tekstur banyak dimanfaatkan dalam melukis nonobjektif.

e. Surealisme

Gaya Surealisme adalah simbolis seni seperti yang diinterpretasikan oleh Fruedian (diambil dari teori Sigmund Frued). Terminologi lukisannya memang sebagai aliran modem, tetapi teknik penggambarannya lebih mirip naturalis realisme. Gaya surealisme sangat menonjolkan objek sehingga menjadi super-realisme. Terkadang menyerupai impian atau kesan horor.

3. Analisis Teknik dan Bahan Karya Seni Rupa Murni

Lukisan Affandi dengan bahan cat air
Teknik dan bahan yang digunakan dalam berkarya seni rupa murni di tiap daerah sangat beragam. Munculnya variasi teknik dalam berkarya seni rupa mumi dipengaruhi beragamnya bahan dan media yang digunakan. Contohnya, seni lukis kaca di Cirebon. Teknik yang digunakan tentunya berbeda dengan seni lukis biasa yang menggunakan media kertas. Hal ini dikarenakan penggunaan media kaca yang berbeda dengan media kertas atau lainnya.

Contoh lainnya adalah melukis poster dengan cat menggunakan teknik opaque. Teknik opaque adalah teknik memberikan warna-warna yang menutup atau tidak transparan.

Teknik pewarnaan dengan cat air dibedakan menjadi teknik basah dan teknik kering. Teknik basah dilakukan dengan membasahi kertas terlebih dahulu, sedangkan teknik kering dilakukan dengan cara kertas dibiarkan kering tanpa dibasahi.

4. Analisis Bentuk Karya Seni Rupa Murni


Topeng dari Bali memiliki ciri khas dalam bentukny
Karya seni rupa murni dapat berbentuk dua dimensi ataupun tiga dimensi. Karya seni rupa murni dua dimensi contohnya adalah lukisan. Sementara, contoh karya seni rupa murni tiga dimensi adalah patung.

Bentuk karya seni rupa di tiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Misalnya, di Bali sangat terkenal dengan seni lukisan atau seni rupa dua dimensi meski seni rupa tiga dimensinya tidak kalah menarik dan diminati. Sementara itu, di Yogyakarta lebih dominan karya seni rupa tiga dimensi, terutama kerajinan perak dan seni kriyanya. Di Magelang lain lagi, karya seni patung sangat dominan di daerah ini.
Selain bentuk berdasarkan ukuran atau dimensinya yang berbeda, di tiap daerah juga memiliki ciri khas bentuk estetisnya. Contohnya, patung dari Magelang tentu berbeda dengan patung dari suku Asmat. Kalian dapat menemukan keunikan bentuk-bentuk karya seni rupa mumi di daerah kalian masing-masing, yaitu dengan mengapresiasi karya seni rupa murni dari daerah kalian.

Postingan populer dari blog ini

Pertunjukan Tari, Rias Cantik atau Tampan, Rias Tokoh

Pengemasan Produk Kerajinan dari Bahan Lunak

Pengertian Level Gerak Pada Tari, Level Tinggi, Level Sedang, Level Rendah, Pola Lantai Tari, Berpasangan, Kelompok