Sejarah Teater Indonesia, Sejarah Teater Barat Menurut Jakob Sumardjo
Sejarah Teater
Dalam bukunya yang berjudul Ikhtisar Sejarah Teater Barat, Jakob Sumardjo (1986) menuliskan bahwa waktu pertunjukan drama tidak diketahui asal mulanya. Namun, muncul berbagai teori yang menyebutkan bahwa drama berawal dari upacara agama primitif, nyanyian untuk menghormati seorang pahlawan di kuburannya, dan kegemaran manusia mendengarkan cerita.Perkembangan drama dimulai sejak zaman Yunani. Dulu, dalam upacara keagaamaan, bangsa Yunani mengadakan festival tari dan nyanyi untuk menghormati dewa Dionysius, yakni dewa anggur dan kesuburan. Kemudian, mereka mengadakan sayembara drama untuk menghormati dewa Dionysius itu. Sayembara drama waktu itu berupa pertunjukan tragedi. Salah seorang pemenang sayembara tersebut adalah Thespis, la adalah aktor dan penulis tragedi pertama yang dikenal di dunia.
Drama Yunani mengalami puncaknya sekitar tahun 400 SM. Drama masih dipertunjukkan sebagai bagian dari upacara agama, terutama tragedi. Drama dari Yunani kuno ceritanya cenderung bercirikan tragedi. Drama tragedi adalah drama yang pada akhir cerita, tokohnya mengalami penderitaan.
Tempat pertunjukan yang terkenal di Athena adalah Teater Dionysius yang terdapat di samping bawah bukit Acropolis. Naskah drama Yunani yang dapat diselamatkan hanya 35 naskah. Naskah tersebut ditulis oleh penulis naskah yang terkenal, yaitu Aeskilos, Sophokles, dan Euripides.
Selain tragedi, bentuk drama lain yang berkembang adalah komedi. Komedi berasal dari kata komoida yang berarti membuat gembira. Penulis naskah komedi yang terkenal adalah Aristophanes. Naskah- komedi yang ditulis Aristophanes di antaranya adalah Orang-orang Archania, Lysistrata, Plutus, dan Plutus. Selain itu, ada juga penulis naskah komedi yang bernama Menander. Salah satu naskah komedinya adalah Dyscolos (Rasa Dongkol).
Teater mengalami perkembangan ke wilayah Romawi. Drama pada zaman Romawi sangat variatif yaitu tragedi, komedi, farce pendek, mime (drama pendek tentang kejadian aktual), dan pantomim. Penulis tragedi yang terkenal pada zaman Romawi adalah Lucius Annaeus Seneca. Sementara itu, penulis komedi yang terkenal adalah Terence dan Plautus. Karya Terence di antaranya adalah Wanita dari Andrus, Si Penyiksa Diri, dan Si Kebiri. Plautus menulis 21 naskah, di antaranya Amphitruo, Menoechmi, dan Casino. Bentuk-bentuk drama seperti farce, mime, dan pantomim perkembangannya terus merosot seiring dengan pergantian bentuk Republik dengan Kekaisaran pada tahun 27 BC.
Pada abad pertengahan, teater dilakukan di atas panggung sempit di jalan atau tanah lapang gereja. Drama abad pertengahan lenyap seiring munculnya reformasi sekitar tahun 1600.
Perkembangan teater selanjutnya memasuki zaman renaissance. Drama yang berkembang pada zaman renaissance adalah tragedi, komedi, dan pastoral (drama berkisah percintaan antara dewa dan para gembala di pedesaaan). Penulis yang terkenal adalah Ludovico Ariosto dan Giangiorgio Trissino. Komedi merupakan bentuk drama yang berkembang di luar lingkungan istana dan akademis. Karakter komedi yang selalu muncul adalah Harlequin (si badut) dan Pantalone (orang tua).
Sejarah Teater Indonesia
Kata teater mulai diperkenalkan di Indonesia oleh seorang sastrawan yang bernama W.S.
Rendra. Sebelum W.S. Rendra, teater tidak bermakna sebuah organisasi, tetapi disebut tonil (toneel), Dardanella, maupun sandiwara dan drama. Rendra sendiri menyebut kelompoknya Bengkel Teater Rendra.
Drama berasal dari bahasa Yunani yakni draomai yang bermakna bertindak, berbuat, berlaku (to act, to do). Tonil berasal dari bahasa Belanda yang berarti pentas atau panggung tempat berlangsungnya suatu pertunjukan. Sementara itu, sandiwara berasal dari bahasa Jawa, yakni sandhi dan warah. Sandhi artinya samar-samar dan warah artinya ajar atau pengajaran. Dari kedua kata itu, sandiwara bermakna suatu pengajaran yang dilakukan secara samar-samar (rahasia).
- Seluruh pertunjukan yang berlangsung di sebuah tempat dan disaksikan oleh penonton.
- Arena pusat segala pertunjukan.
- Panggung tempat pertunjukan (di sebuah gedung).
- Nama organisasi kelompok orang yang mencintai teater.
- Pertunjukan yang samar-samar yang mengandung ajaran maupun pesan moral pada penontonnya. Pada tingkat ini terdapat konsep teater yang dikenal di Indonesia, yaitu teater, tontonan, dan tuntunan.