Keragaman Seni Rupa Modern, Kontemporer
Keragaman Seni Rupa Modern atau Kontemporer
Perkembangan masa seni rupa di mancanegara berawal dari masa prasejarah yang berlangsung pada ratusan hingga ribuan tahun yang lampau. Dari bentuk seni yang sederhana, selanjutnya terus disempurnakan oleh beberapa generasi menjadi seni tradisi yang bersifat turun temurun dan merakyat. Pada masa berikutnya terjadi kontak dan komunikasi antarbangsa yang memungkinkan adanya pengaruh yang berjalan melalui akulturasi seni, termasuk karya seni rupa.
Gagasan, Teknik, dan Bahan, serta Perkembangan Seni Rupa Modern atau Kontemporer
Seni Rupa Kontemporer
Istilah kontemporer berasal dari bahasa Inggris contemporary. Dalam seni rupa, istilah kontemporer dipakai untuk menamai kencenderungan yang berkembang pada masa mutakhir atau sezaman. Artinya seni rupa kontemporer memperlihatkan kecenderungan (trend) yang umum terjadi pada waktu yang bersamaan dan masih merupakan bagian perkembangan seni rupa modern yang rentang waktunya panjang. Pada sisi lain, ada pula yang berpendapat bahwa seni rupa kontemporer justru menentang dan menyimpang dari kebiasaan seni rupa modern.
Ada istilah dalam dunia seni rupa yang disebut avant-garde yang arti harafiahnya garda-depan. Istilah ini diberikan kepada kelompok perupa yang cenderung serta bersifat eksperimental. Pembaharuan juga dilakukan pada berbagai aspek, seperti konsep, media, teknik, tema, makna, tempat, dan waktu.
Seni Lingkungan
Pertumbuhan seni rupa kontemporer pada pertengahan tahun 1960-an hingga 1970-an, ada kecenderungan pada perupa untuk memanfaatkan lingkungan alam sebagai bagian atau bahkan inti dari karya seni yang digagasnya. Mereka mengusung dua tujuan utama, yaitu penolakan atas komersialisasi seni dan mendukung gerakan cinta lingkungan. Nama yang diberikan pada konsep seni yang melibatkan alam ini adalah. Seni lingkungan atau Earth Art. Perkembangan terjadi terutama di eropa dan Amerika Serikat. Perupa Garda depan (avant garde), Christo memanfaatkan ratusan meter kain untuk membungkus gedung di Jerman dan memagari sebuah gunung. Robert Smitshon memanfaatkan bebatuan dan kristal garam untuk karyanya, sepanjang kurang lebih 500 meter dengan lebar 3 meter berbentuk tanggal spiral di Great Salt Lake, Amerika Serikat.
Demikian juga dengan Jeff Koons yang membuat patung berbentuk seekor anjing dari sejenis pohon yang berbunga di Jerman. Perupa lainnya juga bekarya dengan konsep seni ini adalah Michael Heizer, Naney Holt, dan Dennis Oppenheim.
Perupa Indonesia Teguh Ostenrik pernah membuat sebuah piramid dari sampah plastik yang dipadatkan sebagai keprihatinannya pada masalah sampah di negara Indonesia. Hal yang dilakukan Dadang Christanto dengan karyanya berjudul "1001 Manusia Tanah" dengan isi menggugat persoalan tanah. Seribu patung fiberglas (serat kaca) diletakkan di pinggir Pantai Marian, Ancol dan dirinya sebagai satu patung bergerak.
Seni Rupa Pertunjukan
Sumber Gambar Vivanews
Seni rupa pertunjukkan atau Performance Art mulai berkembang pada akhir tahun 1960-an dan bersifat mendunia. Istilah kecenderungan dalam seini ini berkaitan dengan Body Art, Happenings, Actions, Fluxus, dan Feminist Art. Konsep utama para perupanya adalah bahwa diperlukan media ekspresi baru yang dapat memadukan aspek gerak dan bunyi dengan aspek rupa. Elemen-elemen musik, tari, teater, dan video pun turut membentuk cabang seni yang unik dan menganggap peristiwa senilah yang paling utama. Pada pertunjukkannya, aspek improvisasi yang teatrikal aman menguat sehingga terkadang agak sulit dimengerti penonton. Bahkan, ada kalanya penonton pun dilibatkan sebagai bagian dari karya yang dilangsungkan.
Perupa Vito Acconci, Laurie Anderson, Chris Burden, Allan Kaprow, Meredith Monk, dan Robert Wilson adalah beberapa diantara nama yang aktif berekspresi dengan seni rupa pertunjukan.
Di Indonesia, gejala yang sama muncul pula di kalangan perupa muda yang tinggal di kota-kota besar. Ada yang mengangat isu lingkungan yang makin rusak, seperti dilakukan Tisna Sanjaya, Yoyo Yogasmana yang banyak mengeksplorasi tubuhnya. Nindityo Adipurnomo yang sering mengangkat lambang tradisi Jawa, Nyoman Erawan yang berangkat dari akar tradisi Bali, Arah Maiani dengan tanggapannya atas globalisasi, dan perupa Iwan Wijono.
Seni Instalasi
Sumber Gambar Satu Lingkar
Seni instalasi (Installation) berkembang sejak tahun 1970-an, terutam di Amerika Serikat dan Eropa. Para penggiatnya di antaranya adalah Joseph Beuys (Jerman), Daniel Buren (Prancis), Hans Haacke, Robert Irwin, dan Judy Pfaff.
Makna seni instalasi erat terkait dengan lokasi tempat karya ini dipasang sekaligus dipamerkan, baik di geleri biasa maupun di tempat tertentu berdasarkan konsep sang perupa. Karya yang dipamerkan umumnya tidak dijual. Hal ini karena objeknya dapat berupa apa saja, seperti yang dibuat Judy Pfaff dengan memanfaatkan ribuan kertas yang disusun sedemikian rupa di dalam sebuah ruangan sehingga mirip langkungan dibawah air atau dunia khayal.
Senin instalasi juga tumbuh di Indonesia dan mula-mula muncul pada saat Gerakan Seni Rupa Baru yang muncul pada 1975. Saat itu, ada keinginan dari para perupa muda, seperti F.X. Harsono, Hardi, B. Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dan Jim Supangkat untuk menampilkan karya yang tidak lagi tersekat seperti seni lukis, patung, atau desain. Pada masa kini, seni instalasi digiatkan oleh banyak perupa seperti Heri Dono, Tisna Sanjaya, Dadang Chritanto, Krishna Murti, Andur Manik dan Teguh Ostenrik. Tisna Sanjaya melalui seni instalasinya yang berjudul Pohon Tidak Tumbuh Tergesa menanam seribu pohon mahoni di Bandung dan Solo sebagai bentuk daya kritisnya selaku perupa atas kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada kelestarian lingkungan.
Seni Video
Sumber Gambar Antara Foto
Istilah seni video merupakan terjemahan dari video art yang mulai berkembang pada pertengahan 1960-an. Seni Video adalah karya rekaman video yang dibuat oleh seorang perupa. Pelopornya adalah perupa kelahiran Korea yang bernama Nam June Paik yang mempertunjukkan hasil rekamannya di sebuah kafe di New York. Pengaruhnya bersifat internasional, termasuk ke Indonesia.
Para perupa penting seni video ini diantaranya adalah Ant Farm, Frank Gillette, Paul Kos, dan Bruce Nauman. Di Indonesia, perupa Krishna Murti adalah seorang tokoh penting seni baru ini. Pada praktiknya, karya rekaman seni video ini kadang menjadi elemen seni instalasi atau seni rupa pertunjukan.
Kecenderungan para perupa untuk memanfaatkan teknologi sebagai media berekspresi melahirkan beragam bentuk seni rupa alternatif yang inovatif atau baru sama sekali. Di Barat, kecenderungan tersebut dikenal dengan nama seni media baru (New Media Art). Sebuah karya atau peristiwa seni yang berlangsung di salah satu belahan dunia dapat dikunjungi secara langsung (on-line) melalui internet. Sebagai contoh, Maki Ueda, seorang perupa kontemporer dari Jepang membuat sebuah proyek seni Hole in the Earth hasil kerja sama dengan mitranya di Belanda.
Ueda menempatkan sebuah monitor dan kamera di Pesantren Daarut Tauhid pimpinan Aa Gym di Bandung para pengunjung dapat berkomunikasi secara langsung dengan siapapun yang kebetulan melakukan hal yang sama di Rotterdam, Belanda. Dengan begitu, kontak antarmanusia kini tidak lagi terbatasi ruang dan dan waktu.
Ueda menempatkan sebuah monitor dan kamera di Pesantren Daarut Tauhid pimpinan Aa Gym di Bandung para pengunjung dapat berkomunikasi secara langsung dengan siapapun yang kebetulan melakukan hal yang sama di Rotterdam, Belanda. Dengan begitu, kontak antarmanusia kini tidak lagi terbatasi ruang dan dan waktu.
Seni Kriya Kontemporer
Sumber Foto Traveller
Istilah kontemporer tidak saja berlaku dalam seni murni, tetapi juga dalam seni kriya. Istilah ini diterapkan pada kecenderungan mutakhir yang menggejala di dalam seni kriya di mana unsur kreativitas kriyawan dan kualitas estetik karya lebih diutamakan. Dalam hal ini, unsur keterampilan kekriyaan (craftsmanship) penggiatnya amat tinggi. Tegasnya, oerientasi atau tujuan seni lebih penting daripada fungsi pakai atau hiasnya meski sering kali karyanya diklasifikasikan sebagai karya seni rupa kontemporer.
Media yang digunakan dalam seni kriya amat beragam, mulai dari keramik, seperti yang dilakukan oleh Hilda Sumantri, Hendrawan Riyanto, Suyatna, Noor Sudiyati, dan Nurzulis Koto. Pada Media tekstil, Nia dan Agus Ismoyo bereksprimen dengan media dan teknik yang berbeda sehingga muncul bahasa ungkap yang baru. Lalu, perupa Anusapati secara khusus banyak mengolah media kayu. Pada seni Serat (Tapestry) perupa Yusuf Affendi, Biranul Anas, dan Lengganu banyak menampilkan nilai ekspresi pribadi yang unik dan berkarakter.
Donwload Artikel.
Donwload Artikel.