Menerapkan Prinsip Kerjasama Dalam Bermain Teater, Menyiapkan Pertunjukan Teater Daerah Setempat di Sekolah

Menerapkan Prinsip Kerjasama Dalam Bermain Teater

Kerja sama dalam hal apapun sangat diperlukan. Setiap pekerjaan ataupun permasalahan, solusi terbaiknya adalah adanya sebuah kerja sama dari orang-orang yang menghadapinya. Begitupun dengan teater. Dalam pertunjukan teater sangat mutlak diperlukan kerja sama.
Kerja sama dalam teater dapat dilakukan dengan cara berinteraksi dan berkoordinasi di antara unsur-unsur sebuah pertunjukan. Jika interaksi dan koordinasi antara unsur-unsur pertunjukan teater itu dapat terjalin dengan baik, niscaya pertunjukan akan berjalan dengan baik, bahkan membuahkan hasil yang sangat maksimal.


Kerja sama dapat dilakukan sedini mungkin agar tidak muncul ego individual di antara pemain ataupun staf pertunjukan yang lainnya. Pemain harus terus berkoordinasi dengan sutradara, penata rias, penata artistik, penata busana, dan yang lainnya. Begitupun koordinasi antara staf produksi dan staf lainnya.

Karena sangat pentingnya kerja sama dalam berteater, belajarlah sedini mungkin tentang kerja sama. Bukankah negara Indonesia merdeka karena hasil kerja sama antara para pemimpin bangsa ini dengan semua aspek dalam negara, termasuk rakyat jelata?

Menyiapkan Pertunjukan Teater Daerah Setempat di Sekolah

Sebelum membuat pertunjukan teater daerah di sekolah, terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu. Apa yang harus dipersiapkan itu? Persiapan pertunjukan teater daerah di sekolah dapat dimulai dengan menentukan lakon sederhana yang sesuai, melakukan pemilihan pemeran (casting), dan mengadaptasi karakter (karakterisasi).

Menentukan Lakon Sederhana

Ketika kamu akan mengadakan pertunjukan teater daerah setempat, hal yang paling utama adalah mencari lakon sederhana yang sesuai.

Sebuah lakon tentunya harus dipilih berdasarkan pertunjukan daerah setempat. Pertunjukan di daerah Jawa Barat pasti akan menyesuaikan dengan cerita yang ada di Jawa Barat, misalnya Lutung Kasarung. Begitupun dengan daerah lainnya yang ada di Nusantara ini.

Pemilihan lakon itu membutuhkan pertimbangan tema yang sesuai dengan kebutuhan.

Tema yang dipilih untuk pertunjukan teater daerah di sekolah biasanya tentang kepahlawanan, kejujuran, lingkungan hidup, dan pendidikan. Pemilihan tema itu tentunya disesuaikan dengan jiwa seorang siswa terhadap realitas yang sedang dilakukannya.

Selain itu, pertimbangan pengambilan tema juga disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam mempersiapkan sebuah pertunjukan teater. Misalnya, dalam tema tentang pendidikan, siswa akan dengan mudah mempersiapkan dan membuat setting, properti, tata busana, tata rias, bahkan persiapan seorang aktor dalam menjiwai dunia pendidikan.

Melakukan Pemilihan Peran (Casting) Sesuai Lakon Yang Dipilih

Casting adalah proses pemilihan peran. Proses casting ini sama seperti dalam pemilihan peran dalam sinetron. Pemilihan peran ini bisa ditentukan oleh kesesuaian postur tubuh pemain, karakter suara pemain, dan ekspresi pemain. Jika ada yang cocok, maka peran langsung ditentukan. Namun jika tidak cocok, maka para pemain diminta untuk membacakan dialog dan memerankan drama tersebut. Lalu dipilihlah satu pemain-pemain yang lulus seleksi. Dengan demikian, peran yang akan dimainkan sesuai dengan kemampuan akting pemain.

Ada beberapa jenis casting yang digunakan. Apa saja jenis casting tersebut? Berikut ini disebutkan beberapa jenis casting (Waluyo, 2001:35).
  1. Casting berdasarkan kecakapan. Casting ini dilakukan berdasarkan kriteria yang terpandai dan terbaik untuk peran yang penting/utama dan kesulitan yang tinggi.
  2. Casting berdasarkan kesesuaian fisik. Pemilihan pemain berdasarkan kecocokan fisik si pemain seperti tinggi badan, berat badan, dan bentuk tubuh.
  3. Casting yang bertentangan dengan watak atau sifat pemeran dalam memegang peran yang akan diperankan atau dimainkan.
  4. Casting berdasarkan hasil observasi. Memilih seorang pemain berdasarkan hasil observasi hidup pribadinya, karena mempunyai banyak kesamaan atau kecocokan dengan peran yang dipegangnya, misalnya kesamaan emosi, tempramen, dan kebiasaan.
  5. Casting yang bertentangan sekali dengan watak asli pemeran itu sendiri.
Mengadaptasi Karakter Sesuai dengan Peran Yang Dipilih

Mengadaptasi karakter merupakan usaha yang dilakukan oleh seorang aktor untuk menyesuaikan karakter atau watak. Dalam seni teater hal ini sering disebut juga karakterisasi. Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi, seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperan-kannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.

Agar dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, kamu harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Misalnya, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dan sebagainya. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, pengecut, alim, ataukah hanya sekadar kelakuan yang dibuat-buat.

Untuk memperdalam mengenai karakteristik, kamu perlu mempelajari tentang observasi, ilusi, imajinasi, dan emosi.
  1. Observasi. Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari /mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, dan cara bicaranya. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian, kita akan menjadi tokoh yang diinginkan.
  2. Ilusi. Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemung-kinan, dan ramalan.
  3. Imajinasi. Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kepekaan imajinasi untuk aktor perlu terus dilatih. Latihan ini berfungsi untuk menghidupkan daya sukmanya sehingga daya imajinasi itu akan muncul dan berkembang. Dalam daya imajinasi diperoleh kekuatan untuk menampilkan sesuatu yang meyakinkan. Bila aktor berada di atas pentas, maka akan tampil serentetan imajinasi, yang merupakan suatu rantai lingkungan batin yang memberikan ilustrasi bagi peranannya. Dengan imajinasi, perasaan dan pengalaman emosional mudah terukir dan tertanam dengan kuat dalam ingatan visual kita dan dapat kita bayangkan setiap saat.
  4. Emosi. Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, dan gugup. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat memengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), peng-ucapan dialog, pernapasan.

Postingan populer dari blog ini

Pengemasan Produk Kerajinan dari Bahan Lunak

Pertunjukan Tari, Rias Cantik atau Tampan, Rias Tokoh

Olah Suara atau Vokal dengan teknik Pernapasan, Senam Wajah, Senam Lidah, Senam Rahang Bawah, Latihan Tenggorokan, Berbisik, Mengerik dan Bergumam, Bersenandung